Kamis, 20 Maret 2014

Malin Kundang


TUGAS 2 - MENCERITAKAN KEMBALI CERITA MALIN KUNDANG

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang. Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan mereka sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya. Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama ia berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai pada suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki oleh Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai, dengan sisa tenaga yang ada Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai.
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang. Setelah ia menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Setelah beberapa lama mereka menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggu kedatangan anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar kepadaku?" katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri kau, sembarangan saja mengaku-ngaku sebagai ibuku" kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya karena ia malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping tersebut. "Wanita itu ibumu, Malin?"  Tanya istri Malin Kundang kepada Malin Kundang. "Tidak! ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku" sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya tersebut, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka seperti itu, karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin pun menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan Malin Kundang pun berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Pesan Moral :
Sebagai seorang anak, janganlah pernah melupakan jasa orangtua kita. Terutama jasa seorang Ibu yang telah mengandung, melahirkan kita dan merawat kita hingga besar.  Apalagi menjadi seorang anak yang durhaka kepada Ibu kita. Durhaka kepada orangtua merupakan dosa yang sangat besar sekali yang nantinya akan ditanggung oleh kita sendiri. Hormatilah ibu kita, sayangilah mereka, akuilah mereka seperti mereka mengakui kita sebagai anaknya yang ia cintai.

Hikmah :
Bahwa hikmah yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah ucapan atau perkataan yang diucapkan oleh orangtua kita terutama Ibu, pasti akan didengar oleh Allah SWT. Maka jangan durhakalah kepada orangtua kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar