Nama : Debby S.a.l
Kelas : 3PA13
Npm : 12513090
A. Empowerment
1. Pengertian Empowerment
Empowerment merupakan istilah yang cukup populer
dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak
penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu penafsiran yang dikenal
oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian
wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment yaitu
upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan
peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor
yang menentukan hidup mereka sendiri.
Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial
multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri.
Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu kemampuan
mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka
sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka
tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization
mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang
untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau
memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan
kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan
penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan
untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada
beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua
definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
· Adanya pelimpahan kewenangan
dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang
memadai.
· Adanya kontrol atas
pelimpahan kewenangan dari manajemen.
· Adanya penciptaan
lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara
maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.
2. Tujuan empowerment
Merupakan
suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya.
Tujuan dari pemberdayaan atau empowerment adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Kemandirian masyarakat adalah kemampuan yang terdiri atas kemampuan
kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang dimiliki
oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
3. Kunci
Efektivitas Empowerment dalam Manajemen
Kunci suksesnya adalah manajemen yang
konsisten, kuat dan mempunyai komitmen yang tinggi. Tahapan dalam pemberdayaan
menurut Khan (1995) adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan
pemahaman secara menyeluruh terhadap program empowerment yang diperoleh dari
berbagai sumber literature maupun dari para ahli yang kompeten dalam bidang
empowerment.
2. Membuat
daftar kegiatan atau kesempatan yang dapat mendukung pemberdayaan.
3. Menyelesaikan
berbagai macam kegiatan yang mempunyai kesempatan yang lebih signifikan untuk
sukses dan mempunyai resiko yanmg minimal.
4. Memberi
pengertian kepada karyawan agar memahami job expectations dan metrik.
5. Menetapkan
prosedur follow – up untuk sharing kemajuan kepada setiap pekerja secara
individual dan kelompok.
6. Menciptakan,
menjaga dan meningkatkan saling percaya.
7. Menilai
kemajuan yang diperoleh dari program pemberdayaan.
B. Stress
1. Pengertian Stress
Manuaba (1998) memberikan definisi sebagai
berikut: Stress
adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal daru
luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam
dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya
suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress
tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan
produktifitas kerja yang bersangkutan.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih
sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja.
Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau
merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa
pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya
berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan
reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan
psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara
fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan
menurut variabel kajian:
Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable)
menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh:
petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko
tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya
tersebut.
Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel)
memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang
mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang
dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan
perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut
mulas-mulas, badan berkeringat dll)
Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini
merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi
stress yang berbeda pada stressor yang sama.
2. Penyebab
Stress
a. Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan
organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai
khawatir ekonomi akan memburuk.
b. Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan
stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan
tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di
antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan
tugas, peran, dan antarpribadi.
c. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja (Stressor)
Karyawan
Stres kerja yang dialami seseorang
dipengaruhi oleh faktor penyebab stres baik yang berasal dari dalam pekerjaan
maupun dari luar pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja yang dibahas dalam
penelitian ini hanya faktor organisasional, yakni faktor yang berasal dari
dalam pekerjaan yang mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan
antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup
organisasi.
d. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat
mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup
perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak
adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah
ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi
kerja karyawan.
3. Pendekatan
Terhadap Stress
a. Pendekatan Individu
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif
yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan
sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat.
b. Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari
tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh
manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu
strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat
serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi
manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan
individual, organisasional dan dukungan sosial.
C. Konflik
1. Pengertian Konflik
Menurut Killman dan
Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu
maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan
tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Stoner
Konflik Organisasi ialah mencakup ketidak sepakatan soal alokasi sumber
daya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau
kepribadian. Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
· Persaingan atau pertentangan
antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
· Keadaan atau perilaku yang
bertentangan.
2. Jenis-jenis Konflik
Konflik itu
mempunyai banyak jenis seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles
Wankel dikenal ada lima jenis konflikyaitu konflik intrapersonal, konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
b. Konflik Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan.
c. Konflik antar perorangan
Konflik antar
perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih.
Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap
orang dalam organisasi.
d. Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya
dalam konflik di organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui
bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri
dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami
pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak
yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya.
e. Konflik antar organisasi
Konflik juga bisa
terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu
disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.
Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suatu badan terhadap
kinerja suatu organisasi.
3. Proses Konflik
Menurut Louis
R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :
Tahap I konflik
laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi
yaitu :
a. Saling ketergantungan kerja
b. Perbedaan tujuan dan prioritas
c. Perbedaaan status
d. Sumber daya yang terbatas
Tahap II konflik
yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak
memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
Tahap III Konflik
yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan
tetapi benar-benar sudah dirasakan.
Tahap IV konflik
yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator
konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka,
konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.
Tahap V konflik
Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu akan
meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian
tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
D. Komunikasi Dalam
Manajemen
1. Pengertian Komunikasi dalam
Manajemen
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Tahapan proses
komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Penginterpretasian.
2. Penyandian
3. Pengiriman
4. Perjalanan
5. Penerimaan.
6. Penyandian balik
7. Penginterpretasian
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif
:
1. Perspektif psikologis. Perspektif ini
merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding
ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikan interpersonal.
2. Perspektif mekanis. Perspektif ini merupakan
tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal atau
non-verbal
3. Hambatan dalam Komunikasi
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan
yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi
oleh perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini
dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai
arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi
dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran
listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi
dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya
kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap
prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
f. Hambatan dalam memberikan balikan.
Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan
interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi
yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan
kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam
komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang
mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang
berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
4. Komunikasi Interpersonal
a. Componential
Definisi bedasarkan komponen menjelaskan
komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu
penyampaian pesan oleh salah satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera
b. Situasional
Situasi yang menyenangkan akan menciptakan
komunikasi yang menyenangkan pula, dan akan menimbulkan persepsi yang baik
pula. Karena pada dasarnya sikap emosi akan mudah terpancing saat berada pada
situasi yang salah, sehingga akan membentuk persepsi dimana ego akan lebih
mendominasi. faktor situasional akan berpengaruh besar terhadap proses
terbentuknya persepsi. Dalam situasi yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi
yang menyenangkan, begitu pula sebaliknya. Itu lah yang akan menjadi penghambat
dalam proses komunikasi yang terjadi.
5. Model Pengolahan Informasi
Komunikasi
a. Rational
Proses informasi adalah proses menerima,
menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses
menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan
informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna
pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat
siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang
telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam
kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan,
penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia
paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an
tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual,
dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang
konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media
dalam proses komunikasi, informasi dan
pembelajaran.
b. Limited capacity
Komunikasi terbatas sering menimbulkan
kekacauan komunikasi seperti salah pengertian akan maksud yang disampaikan
c. Expert
Komunikasi adalah sebuah ketrampilan yang bisa
dipelajari dan dikuasai oleh siapapun, sama seperti halnya
keterampilan-ketrampilan lainnya. Saat ini kita hidup di era yang sangat
menarik, di mana banyak diajarkan hal-hal yang akan menjadikan ketrampilan
komunikasi kita semakin canggih, antara lain hipnotis/hipnosis, nlp (neuro
language program), dan lain sebagainya
d. Cybermetic
Sistem yang memandang terdapatnya suatu
hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam
sistem.
6. Model Interaktif Manajemen dalam
Komunikasi
a. Confidence
Kenyamanan dapat membuat suatu organisasi
bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
b. Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat
suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
c. Interaction manajemen
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen
seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang
bersangkutan
d. Expresiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu
organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
e. Other orientation
Dalam hal ini suatu manajemen organisasi
berorientasi pada pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
http://deariyanti.blogspot.co.id/2014/01/a-empowerment-stress-konflik_20.html
http://www.infodiknas.com/definisi-dan-teori-pemberdayaan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pemberian_dan_Perwakilan_Kuasa
http://www.slideshare.net/xxxzizaoxxx/konflik-dan-stress-kerja
http://deaalliqafitri.blogspot.co.id/2014/01/definisi-empowerment-stress-dan-konflik.html#!/2014/01/definisi-empowerment-stress-dan-konflik.html